Sunday, January 27, 2008

Wakil Syaitan, Perumpamaannya Saperti Anjing


Cuplikan dari kitab an-Nashaih ad-Diniyah wal-Washaya al-Imaniyah karya Imam Habib Abdullah Haddad –ed.

Sebahagian dari orang-orang yang berlimu, sudahlah tidak beramal dengan ilmunya, atau mengajarkannya kepada orang lain, mereka suka pula menyeru kepada yang serong dengan menjual ilmunya untuk mendapat habuan dunia. Mereka gemar membuka pintu takwil (interpretasi) dan menunjukkan kepada orang-orang awam cara-cara yang mudah untuk menentukan sesuatu hukum agama, sehingga terbukalah jalan untuk membelit atau menipu, supaya mereka dapat mengelakkan diri dari mengeluarkan hak-hak yang diwajibkan ke atas mereka oleh agama, ataupun untuk merampas hak-hak orang lain.

Orang berlimu yang bersikap saperti ini, ialah syaitan yang durjana, pengingkar dan penentang Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebenarnya ia telah dilantik oleh syaitan untuk menjadi wakilnya di dunia, agar ia bisa menabur fitnah dan menunjuk kepada kesesatan dan kekeliruan dengan menjual ilmunya untuk mendapat habuan dunia.

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Kami berikan keterangan-keterangan Kami kepadanya. Kemudian dibuangkannya dengan menjadikan dirinya terkeluar dari mematuhinya, lalu ia didatangi syaitan, maka dia itu termasuk orang-orang yang sesat jalan. [7:al-a’raf:175]

Dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami angkat kedudukannya (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu, tetapi dia bermati-matian cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka perumpamaannya adalah saperti anjing, kalau engkau menghalaunya dihulurkan lidahnya, dan jika engkau biarkan dihulurkan juga lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir [7:al-a’raf:176]

Orang ini dipandang oleh Allah SWT sama saperti anjing dalam kelakuannya yang buruk dan hina. Kalau tidak, tentulah anjing itu lebih utama daripadanya, sebab anjing sesudah mati akan menjadi tanah, akan tetapi ia akan diseret kepada api neraka.

Baca minda berkaitan: Kita Ketandusan Kejujuran Ulama Dan Keikhlasan Umara, kemudian teliti CIP Anwar: Keengganan Suruhanjaya Menerima Bukti Menghakis Keyakinan, juga CIP Al-Qaradawi dikafir oleh kumpulan Ahbash, digelar sebagai anjing oleh kumpulan Salafi.

5 comments:

  1. Earthly desires eventually bring man low to the level of beasts and even worse. If he follows the guidance he receives from Allah he is blessed with exalted spiritual honor. He who rejects Allah and His guidance is like a dog who lolls out his tongue, whether he is attacked and pursued, or left alone. It is part of his nature to slobber and be contemptible. Imam Ali has compared such men to a restive she camel who shows unwillingness to tackle when her rider draws rein, and goes aimlessly in any direction, and stumbles when he applies no check to her.

    ReplyDelete
  2. It is said that "The news of the man whom We gave Our signs" refers to Balam, in the days of Firawn, who knew the ism al azam. Firawn asked him to pray for Musa's arrest. He agreed and sat on his donkey to go to a particular place to recite the ism al azam for Musa's arrest, but the donkey did not budge. He beat the animal to its death. Then he realized that he had totally forgotten the ism al azam. He died as an infidel.

    ReplyDelete
  3. Alim yg suka membelit itu adalah syaitan dan diumpamakan juga oleh Allah s.w.t saperti keldai lewat ayat 5 surat al-jumu’ah, ‘Perumpamaan orang2 yg dipikulkan kepadanya Tawrat, kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkan isinya antara lain tidak membenarkan kedatangan Muhammad s.a.w) adalah saperti keldai yg membawa kitab2 yg tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yg mendustakan keterangan2 Allah. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yg zalim.’ Peringatan ini Allah tujukan kepada umat Islam agar jangan jadi saperti org Yahoodi yg tidak mengamalkan isi kitab sucinya.

    ReplyDelete
  4. Some commentators think the narrative relates to Balam. Some think the person referred here is Umayya ibn Abu Salt who read the old scriptures and knew that Allah would send a prophet about that time, but when the promised prophet, the Holy Prophet did arrive, he refused to acknowledge him. Some think it relates to Amru ibn Numan ibn Sayfi, an ascetic, who believed in the creed of Ibrahim but mixed it with the false beliefs of Christian monks, and when he was censured by the Holy Prophet, he turned against him.

    ReplyDelete
  5. Though it relates to Balam, but Allah intends to set an example for those who receive true guidance from Allah, yet prefer to act according to their own desires in order to lay hands on the worldly gains.

    ReplyDelete